Makalah Tugas| HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP TERHADAP PERAN SERTA MASYARAKAT DALAM PENANGGULANGAN SAMPAH (NON-ORGANIK DAN RESIDU|
KATA PENGANTAR
Syukur
Alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, atas limpahan rahmat dan
hidayah yang telah diberikan-Nya sehingga kami dapat menyusun dan menyelesaikan
Karya Tulis Ilmiah ini dengan judul “Hubungan Pengetahuan dan Sikap Terhadap
Peran Serta Masyarakat Dalam Penanggulangan Sampah (Non-Organik dan Residu)”.
Bersama ini kami mengucapkan terima kasih kepada
semua pihak yang telah membantu menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini terutama
kepada Ibu Laila Fauziah, S.Pd. selaku guru pembimbing mata pelajaran Pendidikan
Kewarganegaraan kami dan tidak lupa kepada teman-teman yang telah memberi
dukungan dalam proses pembuatan Karya Tulis Ilmiah ini.
Kami menyadari bahwa dalam pembuatan karya tulis
ilmiah ini masih jauh dari sempurna. Untuk itu kami tetap mengharap kritik dan
saran yang bersifat membangun demi peningkatan kualitas Karya Tulis Ilmiah ini.
Malang, 17 Maret 2017
Penyusun
BAB
I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Kebersihan pangkal kesehatan, kata
mutiara ini tentunya tak asing lagi bagi kita. Di lingkungan sekolah maupun
lingkungan masyarakat seringkali mengalami permasalahan tentang kebersihan. Hal
ini disebabkan oleh kurangnya etika siswa dan masyarakat dalam membuang sampah.
Sampah merupakan masalah yang dihadapi hampir
seluruh Negara di dunia. Tidak hanya di Negara-negara berkembang, tetapi juga
di Negara-negara maju, sampah selalu menjadi titik pengusik kenyamanan suatu
Negara. Seperti halnya di Indonesia, setiap harinya kota-kota besar di
Indonesia menghasilkan puluhan ton sampah, kemudian diangkut oleh truk-truk
khusus dan dibuang atau ditumpuk begitu saja tanpa diapa-apakan lagi. Dari hari
ke hari sampah itu terus menumpuk dan terjadilah bukit sampah seperti yang
sering kita lihat.
Fenomena tersebut pastilah mengganggu
penduduk yang tinggal di sekitarnya. Selain baunya yang tidak sedap, sampah
menjadi tempat berkembangnya organisme patogen1 yang berbahaya bagi
kesehatan manusia, seperti sarang lalat, tikus, dan hewan liar lainnya. Air
lindi2 juga dapat menimbulkan pencemaran air, seperti sumur, sungai,
dan air tanah. Sampah yang berserakan juga sangat mengganggu pemandangan dan
dapat menyumbat saluran drainase3 sehingga dapat menyebabkan bahaya
banjir. Dengan demikian sampah berpotensi sebgai sumber penyakit.
Apabila hal ini tidak dikupas secara
tuntas, maka sampah akan menjadi bencana alam yang nantinya berpotensi
menimbulkan kerusakan sosial, kesenjangan sosial, dan peneybaran penyakit. Pada
akhirnya, sampah juga akan memicu suatu ancaman tersendiri bagi Negara
Indonesia, dengan alas an sampah yang menumpuk di pemukiman padat dan kota
adalah ancaman yang tidak mudah ditangani karena jumlahnya yang tidak sedikit.
Keadaan ini secara terus-menerus akan mengancam kesehatan penduduk pemukiman
kumuh hingga menyebabkan kematian karena terserangnya penyakit menular seiring
dengan meningkatnya jumlah sampah.
Namun, walaupun terbukti sampah dapat
merugikan, tetapi sampah juga memiliki beberapa manfaat jika dikelola dengan
baik dan tepat. Sebab, selain dapat mendatangkan bencana bagi masyarakat,
sampah juga dapat diubah menjadi barang yang bermanfaat. Pemanfaatan sampah ini
tentunya tidak terlepas dari penggunaan ilmu pengetahuan dan teknologi dalam
menanganinya.
Dari pemaparan di atas, penulis
mengangkat judul dalam penelitian ini “HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP TERHADAP
PERAN SERTA MASYARAKAT DALAM PENANGGULANGAN SAMPAH (NON-ORGANIK DAN RESIDU)”.
1.2
Rumusan Masalah
1. Apa
yang dimaksud dengan sampah?
2. Apa
perbedaan antara sampah non-organik dengan residu?
3. Bagaiaman
cara pengolahan sampah yang benar agar tidak mengakibatkan bencan bagi
kehidupan?
4. Bagaimana
peran serta siswa dan masyarakat dalam penanggulangan sampah?
5. Apa
hubungan pengetahuan dan sikap terhadap peran serta masyarakat dalam
penanggulangan sampah
1.3
Tujuan
1. Memahami
apa itu sampah dan pengaruhnya.
2. Mengetahui
perbedaan sampah non-organik dan residu.
3. Mengetahui
cara pengolahan sampah yang benar dan ancaman yang ditimbulkan oleh sampah.
4. Diharapkan
agar semua pihak baik lingkungan sekolah atau masyarakat bisa mengelola sampah
dengan baik, sehingga jumlah sampah yang ada bisa berkurang dan lingkungan
menjadi asri bersih, dan lestrai.
5. Mengetahui
hubungan pengetahuan dan sikap terhadap peran serta masyarakat masyarakat dalam
penanggulangan sampah.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1
Pengertian Sampah
Sampah
adalah buangan yang dihasilkan dari suatu proses produksi baik industri maupun
domestik (rumah tangga). Sementara didalam UU No 18 Tahun 2008 tentang
Pengelolaan Sampah, disebutkan sampah adalah sisa kegiatan sehari hari manusia
atau proses alam yang berbentuk padat atau semi padat berupa zat organik atau
anorganik bersifat dapat terurai atau tidak dapat terurai yang dianggap sudah
tidak berguna lagi dan dibuang kelingkungan.
Sampah berasal dari beberapa tempat, yakni
:
1.
Sampah dari pemukiman
penduduk pada suatu pemukiman biasanya sampah dihasilkan oleh suatu keluarga
yang tinggal disuatu bangunan atau asrama. Jenis sampah yang dihasilkan
biasanya cendrung organik, seperti sisa makanan atau sampah yang bersifat
basah, kering, abu plastik dan lainnya.
2.
Sampah dari tempat-tempat
umum dan perdagangan tempat tempat umum adalah tempat yang dimungkinkan
banyaknya orang berkumpul dan melakukan kegiatan. Tempat-tempat tersebut
mempunyai potensi yang cukup besar dalam memproduksi sampah termasuk tempat
perdagangan seperti pertokoan dan pasar. Jenis sampah yang dihasilkan umumnya
berupa sisa-sisa makanan,sayuran busuk, sampah kering, abu, plastik, kertas,
dan kaleng-kaleng serta sampah lainnya.
Penggolongan
sampah dibagi menjadi 5 kelompok, yaitu:
1) Sampah
B3 (baterai, kabel, bohlam lampu, dll)
2) Sampah
Residu (pembalut, putung rokok, permen karet, popok bayi)
3) Sampah
Non-Organik (bungkus kemasan makanan, plastik, kaleng makanan)
4) Sampah
Organik (sisa makanan, tulang, daun)
5) Sampah
Kertas (karton makanan, kardus, koran, buku bekas)
Dampak
yang ditimbulkan oleh sampah antara lain:
a. Dampak
terhadap kesehatan
Lokasi dan
pengelolaan sampah yang kurang memadai (pembuangan sampah yang tidak
terkontrol) merupakan tempat yang cocok bagi beberapa organisme dan menarik
bagi berbagai binatang seperti, lalat dan anjing yang dapat menjangkitkan
penyakit. Potensi bahaya kesehatan yang dapat ditimbulkan adalah sebagai
berikut :
1) Penyakit
diare, kolera, tifus menyebar dengan cepat karena virus yang berasal dari
sampah dengan pengelolaan tidak tepat dapat bercampur air minum. Penyakit demam
berdarah (haemorhagic fever) dapat juga meningkat dengan cepat di daerah yang
pengelolaan sampahnya kurang memadai.
2) Penyakit
jamur dapat juga menyebar (misalnya jamur kulit).
3) Penyakit
yang dapat menyebar melalui rantai makanan. Salahsatu contohnya adalah suatu
penyakit yang dijangkitkan oleh cacing pita(taenia). Cacing ini sebelumnya
masuk kedalam pencernakan binatang ternak melalui makanannya yang berupa sisa
makanan/sampah.
b. Dampak
terhadap lingkungan
Cairan rembesan sampah yang masuk kedalam
drainase atau sungai akan mencemari air. Berbagai organisme termasuk ikan dapat
mati sehingga beberapa spesien akan lenyap, hal ini mengakibatkan berubahnya
ekosistem perairan biologis. Penguraian sampah yang di buang kedalam air akan
menghasilkan asam organik dan gas cair organik, seperti metana. Selain berbau
kurang sedap, gas ini pada konsentrasi tinggi dapat meledak.
c. Dampak
Terhadap Keadaan Sosial dan Ekonomi
Dampak-dampak
tersebut adalah sebagai berikut :
1) Pengelolaan
sampah yang tidak memadai menyebabkan rendahnya tingkat kesehatan masyarakat.
Hal penting disini adalah meningkatnya pembiayaan (untuk mengobati kerumah
sakit).
2) Infrastruktur
lain dapat juga dipengaruhi oleh pengelolaan sampah yang tidak memadai, seperti
tingginya biaya yang diperlukan untuk pengolahan air. Jika sarana penampungan
sampah kurang atau tidak efisien, orang akan cenderung membuang sampahnya
dijalan. Hal ini mengakibatkan jalan perlu lebih sering dibersihkan dan
diperbaiki.
2.2
Perbedaan Sampah
Non-Organik dan Residu
Sampah Anorganik adalah sampah yang
dihasilkan dari bahan-bahan non hayati, baik berupa produk sintetik maupun
hasil proses teknologi pengolahan bahan tambang. Sampah anorganik dibedakan
menjadi : sampah logam dan produk-produk olahannya, sampah plastik, sampah
kertas, sampah kaca dan keramik, sampah detergen. Sebagian besar anorganik
tidak dapat diurai oleh alam/ mikroorganisme secara keseluruhan
(unbiodegradable). Sementara, sebagian lainnya hanya dapat diuraikan dalam
waktu yang lama. Sampah jenis ini pada tingkat rumah tangga misalnya botol
plastik, botol gelas, tas plastik, dan kaleng.
Sampah residu adalah bahan
yang sudah tidak bisa diolah lagi atau tidak ada nilai apapun lagi. Biasanya
berbahan anorganik; tidak bisa jadi kompos dan tidak ada nilai ekonomis lagi.
Sebaiknya dilenyapkan dengan proses yang aman. Contohnya pembalut,
putung rokok, permen karet, popok bayi.
2.3
Pengolahan Sampah
Pengelolaan
SAMPAH yang baik harus memenuhi 4R, yaitu:
1) Reuse : menggunakan kembali sampah yang
masih dapat digunakan untuk fungsi yang sama atau fungsi yang lainnya.
a) Penggunaan
serbet dari kain daripada menggunakan tissue.
b) Botol
bekas minuman digunakan kembali untuk tempat minyak goreng.
c) Gunakan
sisi kertas yang masih kosong untuk menulis.
2) Reduce : mengurangi segala sesuatu yang
mengakibatkan sampah.
a) Pilih
produk dengan kemasan yang dapat didaur ulang.
b) Gunakan
produk yang dapat diisi ulang.
c) Hindari
membeli dan memakai barang yang kurang perlu.
3) Recycle : mengolah kembali sampah menjadi barang
atau produk baru yang bermanfaat.
a) Olah
sampah kertas menjadi kertas atau karton kembali.
b) Lakukan
pengolahan sampah organik menjadi kompos.
c) Lakukan
pengolahan sampah non-organik menjadi barang yang bermanfaat.
4) Replace : mengganti barang-barang yang sulit
diuraikan atau mengganti barang-barang sampah.
a) Mengganti
Styrofoam dengan kertas minyak.
b) Mengganti
tissue dengan sapu tangan.
2.4
Peran Serta Masyrakat dalam
Penanggulangan Sampah
2.4.1
Kriteria Peningkatan Peran Serta Masyarakat
Kriteria yang perlu diperhatikan
untuk menumbuhkan, mengembangkan, dan membina peran serta masyarakat adalah
sebagai berikut :
1. Untuk menumbuhkan, mengembangkan,
dan membina peran serta masyarakat secara terarah diperlukan program yang
dilaksanakan secara intensif dan berorientasi kepada penyebar luasan pengetahuan,
penanaman kesadaran, peneguhan sikap dan pembentukan perilaku.
2. Produk perancangan program
diharapkan dapat membentuk perilaku sebagai berikut:
1) masyarakat mengerti dan memahami
masalah kebersihan lingkungan.
2) masyarakat turut serta secara aktif
dalam mewujudkan kebersihan lingkungan.
3) masyarakat bersedia mengikuti
prosedur/ tata cara pemeliharaan kebersihan.
4) masyarakat bersedia membiayai
pengelolaan sampah.
5) masyarakat turut aktif menularkan
kebiasaan hidup bersih pada anggota masyarkat lainnya.
6) masyarakat aktif memberi masukan (
saran-saran ) yang membangun.
2.4.2
Strategi Peningkatan
Peran Serta Masyarakat
Pengembangan peran serta masyarakat dibidang kebersihan
diterapkan dengan pendekatan secara edukatif dengan strategi 2 tahap, yaitu pengembangan
petugas dan pengambangan masyarakat.
Kunci pengembangan petugas ialah
keterbukaan, dan pengembangan komunikasi timbal balik (unsur petugas sendiri,
antara petugas dan atau masyarakat dan atau anggota masyarakat), horizontal
maupun vertikal.
Kunci pengembangan masyarakat ialah
pengembangan kesamaan persepsi, antara masyarakat dan petugas. Suatu komunikasi
dikatakan berhasil, bila menimbulkan umpan balik dan pesan yang diberikan.
Isi adalah informasi, penjelasan dan
penyuluhan, sedangkan umpan balik berupa ketentuan masyarakat untuk memenuhi
kewajiban (membayar retribusi, memelihara kebersihan lingkungan dan dukungan
moril kepada petugas kebersihan).
Penjabaran strategi peningkatan
peran serta masyarakat:
1. menyampaikan informasi, atau
meneruskan informasi melalui media masa
2. membujuk dan menghukum, bertujuan
untuk mempengaruhi (kepercayaan, nilai, cara bertindak) pihak yang diajak
berkomunikasi. Bila bujukan belum berhasil, dilakukan hukuman yang merupakan
senjata terakhir untuk memaksa masyarakat berubah sikap.
3. mengadakan dialog.
2.4.3
Program Peningkatan
Peran Serta Masyarakat dalam Bidang Persampahan
Dalam
penyusunan program peningkatan peran serta masyarakat dalam bidang
persampahan, harus memuat komponen-komponen sebagai berikut:
1. Teknis
Teknis peran serta masyarakat dapat
dilakukan dengan 2 cara yaitu:
1) Individual
Peran serta masyarakat dapat dimulai
dari skala individual rumah tangga yaitu dengan mereduksi timbulan sampah rumah
tangga. Teknik reduksi sampah ini dikenal dengan nama metoda 3R (reduce, reuse,
recycle). Sebagai contoh penerapan metoda 3R dalam kehidupan sehari-hari ,
misalnya :
a. Reduce
a) Untuk pembelian produk-produk, tidak
perlu meminta bungkusan ganda, sudah masuk kardus tidak perlu dibungkus lagi
dengan kertas, kemudian masuk ke dalam kantong plastik.
b) Memilih produk yang kemasannya
cenderung menimbulkan sampah paling kecil / sedikit.
b. Reuse
a) Menghindari pemakaian produk sekali
pakai, misal dengan pemakaian baterai yang dapat diisi kembali (recharge),
penggunaan pena / ballpoint yang dapat diisi lagi (refill).
b) Menggunakan kembali botol-botol
tempat minyak atau bahan makanan.
c) Menggunakan wadah yang dapat dipakai
berulang kali.
c. Recycle
a) Memisahkan sampah basah (organik,
sampah dapur, sayur, sisa makanan ) dengan sampah kering (anorganik, kertas,
plastik, botol ).
b) Menjual atau menyumbangkan
barang-barang yang tidak dipakai, kepada orang yang memerlukan.
c) Pinjam meminjam atau sewa-menyewa
barang-barang yang yang jarang pemakaiannya, seperti meja kursi pesta.
2) Kelompok
Secara berkelompok (komunal),
masyarakat dapat ikut berperan dalam pengelolaan sampah pengolahan sampah skala
lingkungan, misalnya :
a. Reduce
a) Memberi kemasan hanya untuk produk
yang benar-benar memerlukan bungkus atau kemasan, dan menghindari pemberian
bungkus sebagai penghias.
b) Menyediakan jaringan informasi
dengan komputer, tanpa terlalu banyak kertas yang setelah dibaca akan dibuang.
b. Reuse
a) Memakai halaman belakang kertas
untuk surat-surat di kantor.
b) Membudayakan pemakaian kantong
belanja yang dapat digunakan berulang-ulang.
c. Recycle
a) Pendirian UDPK (Usaha Daur Ulang dan
Pembuatan Kompos), yang akan sangat tinggi manfaatnya dalam mereduksi timbulan
sampah.
b) Mengadakan tempat jual beli barang
bekas.
2. Penyuluhan dan Bimbingan
Penyuluhan dan bimbingan masyarakat
merupakan alternatif yang dapat dipergunakan untuk mengajak masyarakat bersama
pemerintah dalam upaya kebersihan/ menanggulangi persampahan yang merupakan
salah satu permasalahan yang dihadapi saat ini
Tujuan penyuluhan terbagi kedalam
tiga (3) bagian yaitu:
1) Tujuan jangka pendek, terciptanya
suatu masyarakat yang mengerti, memahami akan masalah kebersihan.
2) Tujuan jangka menengah, terciptanya
suatu masyarakar yang mempunyai kesadaran akan kebersihan.
3) Tujuan jangka panjang, terciptanya
suatu masyarakat yang menjadikan kebersihan sebagai suatu kebutuhan.
Materi penyuluhan kebersihan, adalah
semua bahan topik yang akan disampaikan kepada masyarakat penerima penyuluhan
kebersihan. Topik atau materi yang disampaikan adalah :
a) Pengertian sampah, jenis- jenis
sampah.
b) Memberikan petunjuk tata cara
pengelolaan berbagai jenis sampah.
c) Cara membuang dan memusnahkan sampah.
d) Dampak dan ancaman bila sampah
dibiarkan berserakan.
e) Pentingnya membuang sampah pada
tempatnya.
f) Pentingnya peran serta masyarakat
dalam menanggulangi masalah.
2.5
Hubungan Pengetahuan dan Sikap terhadap Peran serta
Masyarakat dalam Pengelolaan Sampah
2.5.1
Hubungan antara Tingkat Pengetahuan terhadap Pengelolaan Sampah
Tidak terdapat hubungan atau hubungan
lemah antara tingkat pengetahuan dengan pengelolaan sampah di lingkungan
masyarakat. Tidak ada hubungan antara kedua variabel ini dikarenakan responden
yang pengetahuannya baik ada yang pengelolaan sampahnya buruk, tetapi responden yang pengetahuannya kurang baik ada
yang pengelolaan sampahnya sudah
baik.
Menurut tim ahli WHO (1984) bahwa pengetahuan
diperoleh dari pengalaman sendiri ataupun pengalaman orang lain. Masyarakat
akan melakukan pengelolaan sampah dengan
baik jika melihat tetangganya
melakukan hal serupa. Menurut
Lerik (2008) meskipun
ibu rumah tangga telah mengetahui, belumlah menjamin bahwa
ibu tersebut telah
melakukan praktik dengan baik.
2.5.2
Hubungan antara Sikap Masyarakat terhadap Pengelolaan Sampah
Terdapat hubungan antara sikap
dengan pengelolaan sampah rumah tangga di lingkungan masyarakat. Semakin baik sikap, maka disertai
juga dengan semakin baik tindakan. Dapat disimpulkan bahwa hubungan antara
sikap dengan tindakan pengelolaan sampah
menunjukkan hubungan rendah.
Menurut
Newcomb dalam Notoatmodjo (2007),
sikap merupakan kesiapan atau
kesediaan untuk bertindak, dan
bukan merupakan pelaksana motif tertentu.
Menurut
hasil penelitian masyarakat telah sadar dan memiliki sikap positif terhadap
pemilahan sampah dan
daur ulang sampah. Partisipasi
rumah tangga dalam pemilahan sampah
tidaklah terlalu tinggi, tapi
jika disosialisasikan, dapat menghasilkan keuntungan yang besar. Perlu adanya
usaha dari pemerintah untuk menata ulang pemilahan sampah. Untuk meraih ini,
pemerintah harus melakukan
kampanye kesadaran tentang konsekuensi dari kesalahan pengelolaan sampah dan
keuntungan dari pemilahan sampah.
BAB
III
PENUTUP
1.1
Kesimpulan
1. Tidak
terdapat hubungan atau hubungan lemah antara tingkat pengetahuan dengan
pengelolaan sampah di lingkungan masyarakat. Tidak ada hubungan antara kedua
variabel ini dikarenakan responden yang pengetahuannya baik ada yang pengelolaan
sampahnya buruk, tetapi responden yang pengetahuannya kurang baik ada yang
pengelolaan sampahnya sudah
baik.
2. Terdapat
hubungan antara sikap dengan pengelolaan sampah rumah tangga di lingkungan
masyarakat. Semakin
baik sikap, maka disertai juga dengan semakin baik tindakan. Dapat disimpulkan
bahwa hubungan antara sikap dengan tindakan
pengelolaan sampah menunjukkan hubungan rendah.
1.2
Saran
1. Masyarakat
perlu lebih meningkatkan kepedulian mengenai masalah sampah yang dihasilkan
oleh tiap-tiap rumah tangga, khususnya mengenai pengelolaan sampah (non-organik
dan residu) sesuai dengan prinsip 4R.
2. Penyuluhan
oleh Dinas Kebersihan dan Kesehatan sangat dibutuhkan oleh masyarakat,
mengingat masalah sampah adalah masalah bersama dan sumber sampah adalah
masyarakat.
3. Pemerintah
setempat seyogyanya lebih memperhatikan potensi pemanfaatan sampah rumah
tangga, dan menyediakan sarana dan prasarana bagi pemilahan sampah tingkat desa
sebagai sumbangsih meminimalisasi penumpukan sampah di TPA dan TPS serta
mengurangi pencemaran lingkungan akibat sampah.
4. Memberikan penghargaan kepada desa terbersih untuk
meningkatkan semangat masyarakat dalam memelihara kebersihan.
5. Adanya bank sampah disetiap kelurahan.
6. Adanya peraturan disetiap rumah untuk menyetorkan sampah
yang dihasilkan setiap hariya kepada bank sampah.
DAFTAR PUSTAKA
_______. 2010. “Korelasi antara
Pengetahuan Masyarakat terhadap Pemilahan Sampah”. (https://zaifbio.wordpress.com/2010/01/25/korelasi-antara-pengetahuan-dan
sikap-masyarakat-terhadap-pemilahan-sampah-kering-dan-basah-di-desa-pendem-kecamatan-junrejo-kota-batu/
Online) diakses pada tanggal 15 Maret 2017, pukul 19.05
_______.2012.”Peran Serta Masyarakat dalam Pengelolaan
Sampah”. (http://jujubandung.wordpress.com/ Online) diakses pada tanggal 17 Maret 2017,
pukul 12:09
Apriliani, Windi. 2016. “Pengertian
Sampah dan Jenis-Jenis Sampah”. (http://ppkmb15tiusd.blogspot.co.id/Online)
diakses pada tanggal 10 Maret 2017, pukul 20:15
Comments
Post a Comment